ANTIPENAIKAN BBM
Unjuk Rasa Ricuh di Mana-mana
Aksi unjuk rasa yang menjurus ke anarkistis juga terjadi di Medan
(Sumut), Ternate (Maluku Utara), Pamekasan (Madura), Purwokerto
(Jateng), dan kota-kota besar lain. Di Makassar, anggota TNI terpaksa
turun tangan "melerai" bentrokan polisi dan mahasiswa.
Di Jakarta, situasi demo yang nyaris tak terkendali di depan gedung DPR
memaksa Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Untung S Radjab turun tangan
melakukan mediasi dengan perwakilan demonstran sekitar pukul 19.00 WIB.
Intinya, Untung meminta massa mahasiswa membubarkan diri karena unjuk
rasa sudah melewati batas yang ditentukan. Namun, mediasi tidak
menemukan titik temu. Mahasiswa tetap memaksa agar bisa masuk lebih jauh
ke dalam kompleks DPR.
Setelah pertemuan tidak menemukan titik temu, pasukan antihuru-hara
Polda Metro Jaya dikerahkan dan memukul mundur massa. Untuk itu, aparat
menggunakan gas air mata dan water cannon. Massa mahasiswa membalas
dengan lemparan batu dan botol-botol. Massa mahasiswa dan buruh lari
kocar-kacir ke arah Slipi, Jakarta Barat. Situasi menegangkan
berlangsung hingga pukul 21.00 WIB.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menyatakan, polisi
terpaksa menghalau massa di depan gedung DPR karena mereka tidak
menepati kesepakatan bahwa pengunjuk rasa tidak masuk ke kompleks DPR
mulai sekitar pukul 19.00 WIB.
Sedangkan
jalan tol di depan gedung DPR diduduki massa pendemo sejak pukul 14.00
WIB. Massa yang menamakan diri Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia
(FSPMI) kemudian berorasi dan meneriakkan yel-yel antipenaikan harga BBM
subsidi. Situasi ini membuat polisi melakukan penutupan dua arah jalan
tol di ruas Gatot Subroto dan melakukan pengalihan arus.
Massa yang menduduki jalan tol juga kocar-kacir seiring langkah tegas
polisi menghalau mereka di depan gedung DPR. Para pengunjuk rasa
berlarian ke arah Slipi dan Semanggi. Meski demikian, sebagian pengunjuk
rasa masih sempat melakukan perusakan dalam pelarian mereka. Selain Pos
Polisi Sektor Pejompongan, Jakarta Barat, mereka juga merusak satu unit
kendaraan roda empat. Polisi pun menangkap sedikitnya 16 orang di
sekitar gedung DPR setelah massa berhasil dihalau dari sana.
Sementara itu, menanggapi bentrokan di kawasan Salemba, Kamis (29/3)
lalu, Kombes Rikwanto mengatakan, pihaknya memeriksa 53 orang. Penyidik
belum menentukan status mahasiswa yang diamankan menjadi tersangka atau
saksi. "Peran masing-masing akan diketahui setelah pemeriksaan selesai,"
ujarnya. Mahasiswa itu berasal dari berbagai daerah, seperti Jakarta,
Kendari (Sulawesi Tenggara), dan Palu (Sulawesi Tengah).
Polisi juga menyita barang bukti berupa satu unit mobil yang dibakar,
satu unit sepeda motor, poster, satu bom molotov, tas ransel, dua
ketapel, dua bilah bambu, satu pecahan bemper, pecahan kaca, dan
beberapa plastik berisi batu. Rikwanto menyebutkan, penyidik sempat
mengamankan Direktur Riset Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Nurkholis
Hidayat, tapi kemudian dipulangkan kembali.
Sementara itu, dalam aksi unjuk rasa di Medan kemarin, ratusan
pengunjuk rasa dari berbagai elemen mahasiswa merusak dan membakar pos
polisi di Jalan Pattimura, Medan. Awalnya, pengunjuk rasa hanya
menghancurkan kaca pos polisi yang berada di dekat lampu merah tersebut.
Selain membakar pos polisi, pengunjuk rasa juga menghancurkan lampu
lalu lintas di persimpangan jalan. Kemudian, mereka menghancurkan pula
hampir seluruh pot bunga dan rambu-rambu lalu lintas di Jalan S Parman.
Di Ternate, Maluku, mahasiswa sejumlah perguruan tinggi yang berunjuk
rasa menolak penaikan harga BBM, Jumat, kembali terlibat bentrok dengan
aparat kepolisian di sekitar Bandara Babullah. Bentrok bermula ketika
aparat kepolisian berusaha menghadang massa mahasiswa yang hendak masuk
melakukan unjuk rasa di Bandara Babullah.